Menunggu memang melelahkan jiwa. Orang yang dinanti pun entah di mana gerangannya. Namun...begitulah hebatnya bila bercinta. Yang menunggu akan menanti penuh setia, hatta waktu solat dah masukpun tidak dipedulinya. Ada yang mencari cinta di alam maya, faceboook, friendster, YM dan macam-macam lagi adanya. Ada rezeki bolehlah mencari cinta katanya. Begitulah mudahnya hari ini anak-anak muda mencari cinta.
Tidaklah sebanding ertinya kalau kau gadaikan aqidah hanya kerana gundah gulana menanti dan memikir yang dicintai . Bukankah kekanda/adinda yang diidamkan kelak juga ada di syurga?
Kesepian memang kadang menyakitkan, menoreh setiap senyum dan tawa, serta menciptakan riak anak sungai di sudut mata. Sedih dan pedih silih berganti kunjung mengunjungi. Pupus segala harap, melukai semua impian yang kadang memabukkan. Hingga, jiwa yang rapuh menciptakan serpihan kegelisahan yang memilukan.
Cinta...Entah berapa banyak pahlawan yang tercipta kerananya, namun cinta juga terkadang melahirkan para pecundang. Ia laksana kobaran api yang berasal dari setitik bara, menyuluh, namun dapat pula membakar. Impian kerana cinta membuat hati dan raga terselimuti bahagia, membina harapan yang keluar masuk melalui butiran darah. Mengharapkan belahan jiwa yang siap mendampingi saat tawa dan air mata, hingga kebahagiaan terpancar tatkala berjaya mendirikan rumahtangga dan berkeluarga dengan selimut kasih sayang, penuh luapan cinta.
Namun, impian berbeza dengan kenyataan. “Sepi terus menyapa diri, aku masih sendiri dan masih saja sendiri. Duhai belahan hati, entah di mana kekanda/adinda bersembunyi.” Begitulah mungkin persoalan yang bermain-main kepada mereka yang menanti cinta.
Cinta dan impian untuk membentuk sebuah keluarga memang begitu indah. Namun tatkala ia belum menyapa janganlah membuat gundah dan resah, bahkan merubah pandangan terhadap Sang Pemilik Cinta. Kegelisahan jangan pula membuatmu menggadaikan aqidah, kerana sungguh itu adalah harta yang tak ternilai harganya. Jangan gadai harta yang tak ternilai ini, walaupun suasana yang ada menyeru-nyeru agar dikau menjual sahaja harta itu. Perhatikan cinta anak muda hari ini, ragam cinta mereka memudahkan cinta diselubungi noda dan dosa.
Cinta yang membara tidak akan dapat menghapus ketentuan Allah swt., "Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman..." (Al Baqarah: 221).
Cinta akan membentuk sebuah keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah kerana kesamaan iman dan aqidah, dalam naungan redha Allah swt. Jangan biarkan sedikitpun celah hatimu terbuka dengan cinta berselubung nafsu dan emosi, kerana cinta seperti itu akan mengorbankan aqidah.
Pernikahan atas keyakinan nafsu dan emosi, tidak akan melahirkan ketenteraman jiwa, kerana ia adalah zina.Pernikahan yang di bina atas dasar nafsu dan cinta emosi membentuk tiang seri yang rapuh. Serinya hanya sementara, tidak lama nanti berdepan dengan tsunami rumahtangga.
Duhai jiwa yang lelah...
Saat persoalan cinta mengetuk jiwa, di manakah gerangan kekanda/adinda berada, kembalilah kepada Sang Pemilik Rahsia. Lantunkan munajat dan doa, mohon tetapkan iman untuk selalu menyerah kepadaNya. Jadikan hati ini selalu ikhlas serta rela atas setiap keputusan.
As'alukallahummar ridha ba'dal qadha, wa burdal 'iisyi ba'dal maut, wa ladzdzatan nazhori ila wajhika, wa syauqon ila liqaa'ika. Ya Allah, aku mohon kerelaan atas setiap keputusanMu, kesejukan setelah kematian, dan kelezatan memandang wajahMu serta kerinduan berjumpa denganMu.
Mohonkan juga kepadaNya, agar Ia menguatkan niat dan azam kepada lelaki yang belum menemui jodoh atau wanita yang sedang menanti kekanda pilihan untuk segera menyempurnakan setengah agamanya, sehingga dirimu serta pasangan jiwa tercinta dapat bersama membangun sebuah istana kecil nan indah dalam naungan redha-Nya.
Sabar dan besarkan jiwa. Kuatkan hati, teguh dan selalu istiqamah mengharap pada-Nya. Jangan mengharap pada manusia, kerana dirimu memiliki harta yang tidak ternilai harganya, ialah aqidahmu kepada Rabb yang Agung.
petikan: http://usrahkeluarga.blogspot.com/2010/05/monolog-buat-mereka-yang-sedang-menanti.html
No comments:
Post a Comment